Kamis, 22 Maret 2012

DEMAM TIFOID


DEMAM TIFOID

Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang di sebabkan oleh Salmonella typhi. Demam paratifoid adalah penyakit sejenis yang di sebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B, dan C. gejala dan tanda kedua penyakit tersebut hampir sama, tetapi manifestasi klinis paratifoid lebih ringan. Kedua penyakit di atas disebut tifoid. Terminology lain yang sering di gunakan adalah typhoid fever, paratyphoid fever, typhus, dan paratyphus abdominalis atau demam enteric.  

Epidemiologi
Demam tifoid menyerang penduduk di semua Negara. Seperti penyakit menular lainnya, tifoid banyak di temukan di Negara berkembang di mana hygiene pribadi dan sanitasi lingkungannya kurang baik. Prepalensi kasus berpariasi tergantung lokasi, kondisi lingkungan setempat, dan perilkau masyarakat. Angka insidensi di seluruh dunia sekitar 17 juta pertahun dengan 600.000 orang meninggal karena penyakit ini. WHO memperkirakan 70% kematian terjadi di asia.

Etiologi
Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi. Salmonella adalah bakteri Gram-negatif, tidak berkapsul, mempunyai flagella, dan tidak membentuk spora. Bakteri ini akan mati pada pemanasan 570 C selama beberapa menit. Kuman ini mempunyai 3 antigen yang penting untuk pemeriksaan laboratorium, yaitu :
·         Antigen O (somatic),
·         Antigen H (flagella), dan
·         Antigen K (selaput).
Manifestasi klinis demam tifoid tergantung dari virulensi dan daya tahan tubuh. Suatu percobaan pada manusia dewasa dengan menunjukkan bahwa 107 mikroba dapat menyebabkan 50% sukarelawan menderita sakit, meskipun 1000 microba juga dapat menyebabkan penyakit. Masa inkubasinya adalah 10-20 hari, meskipun ada yang menyebut angka 8-14 hari. Adapun gejala gastroenteritis yang di akibatkan oleh paratifoid, masa inkubasinya berlangsung lebih cepat, yaitu sekitar 1-10 hari.
            Mikroorganisme dapat di temukan pada tinja dan urin setelah 1 minggu demam (hari ke-8 demam). Jika penderita diobati dengan benar, maka kuman tidak akan di temukan pada tinja dan urin pada minggu ke-4. Akan tetapi, jika masih terdapat kuman pada minggu ke-4 melalui pemeriksaan kultur tinja, maka penderita dinyatakan sebagai Carrier.
            Se0rang carrier biasanya berusia dewasa, sangat jarang terjadi pada anak. Kuman Salmonella bersembunyi di dalam kandung empedu orang dewasa. Jika carrier tersebut mengonsumsi makanan berlemak, maka cairan empedu akan di keluarkan kedalam saluran pencernaan untuk mencerna lemak, bersamaan dengan mikroorganisme (kuman Salmonella). Setelah itu, cairan empedu dan mikroorganisme di buang melalui tinja yang berpotensi menjadi sumber penularan penyakit.

Penularan
Prinsip penularan penyakit ini adalah melalui fekal-oral. Kuman berasal dari tinja atau urin penderita atau bahkan carrier ( pembawa penyakit yang tidak sakit) yang masuk kedalam tubuh manusia melalui air dan makanan. Mekanisme makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri sangat bervariasi. Pernah di laporkan di beberapa Negara bahwa penularan terjadi karena masyarakat mengkonsumsi kerang-kerangan yang airnya tercemar kuman. Kontaminasi juga dapat terjadi pada sayuran mentah dan buah-buahan yang pohonnya dipupuk dengan kotoran manusia. Vector berupa serangga (antara lain lalat) juga berperan dalam penularan penyakit.
            Selain penderita tifoid, sumber penularan utama berasal dari carrier. Di daerah endemik, air yang tercemar merupakan penyebab utama penularan penyakit. Adapun di daerah non-endemik, makanan yang terkontaminasi oleh carrier dianggap paling bertanggung jawab terhadap penularan.

Gejala & Tanda
Demam lebih dari 7 hari merupakan gejala yang paling menonjol. Demam ini bisa di ikuti oleh gejala tidak khas lainnya, seperti anoreksia atau batuk. Gangguan saluran pencernaan yang sering terjadi adalah konstipasi dan obstipasi (sembelit), meskipun diare bisa juga terjadi. Gejala lain pada saluran pencernaan adalah mual, muntah, atau perasaan tidak enak di perut. Pada kondisi yang parah, demam tifoid bisa di sertai dengan gangguan kesadaran yang berupa penurunan kesadaran ringan, apatis, somnolen, hingga koma.

Diagnosa

·         Anamnesa
1. Identitas
Biasanya sering ditemukan pada anak diatas 1 tahun
2. Keluhan Utama
Perasaan tidak enak badan, pusing, nyeri kepala, lesu dan kurang
bersemanngat, nafsu makan kurang ( terutama selama masa inkubasi )

·         Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva anemis
    Mulut : Lidah khas ( selapus putih kotor, ujung dan tepi kemerahan ),
                 nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah – pecah
    Hidung : Kadang terjadi epistaksis
b. Abdomen
Perut kembung ( meteorismus ) , hepatomegali, splenomegali, nyeri tekan
c. Sirkulasi
Brodikardia, gangguan kesadaran
d. Kulit
Bintik – bintik kemerahan pada punggung dan alat gerak
·         Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
·         Leukopenia, leukositosis relatif pada fase akut, mungkin terdapat anemia dan trombositopenia, SGOT  SGPT meningkat
·         Uji serologis asidal ( titer O, H )
·         Biakan kuman ( darah , feses, urin, empedu )

Komplikasi
·         Komplikasi intestinal :
            - Perdarahan Usus
            - Perforasi Usus
            - Ileus paralitik
            - Pankreatitis
·         Komplikasi Ekstra-intestinal :
            - Komplikasi kardiovaskular :  Gagal sirkulasi perifer, miokarditis, tromboflebitis
            - Komplikasi Darah          :  Anemia hemolitik, trombositopenia
            - Komplikasi Hepatobilier :  Hepatitis, Kolestitis
            - Komplikasi Ginjal           : Glomerulonefritis, pielonefritis
            - Komplikasi Tulang         : Osteomielitis, periostitis, spondilitis, artritis

Pengobatan
·         Istirahat dan perawatan
Langkah ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Penderita sebaiknya beristirahat total di tempat tidur selama 1 minggu setelah bebas dari demam. Mobilisasi di lakukan secara bertahap, sesuai dengan keadaan penderita. Mengingat mekanisme penularan penyakit ini, kebersihan perorangan perlu di jaga karena ketidak berdayaan pasien untuk buang air besar dan air kecil.

·         Pemberian antibiotic
Terapi ini di maksudkan untuk membunuh kuman penyebab demam tifoid. Obat yang sering di pergunakan adalah :
1.      Kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari/4 kali selama 14 hari
2.      Amoksilin 100 mg/kgBB/hari/4 kali
3.      Kotrimoksazol 480 mg, 2 x 2 tablet selama 14 hari
4.      Sefalosporin generasi ke II dan III (Ciprofloxacin 2 x 500 mg selama 6 hari; Ofloxacin 600 mg/hari selama 7 hari ; Ceftriaxone 4 gram/ hari selama 3 hari).

·         Terapi penunjang secara simptomatis dan suportif serta diet
Agar tidak memperberat kerja usus, pada tahap awal penderita di beri makanan berupa bubur saring. Selanjutnya penderita dapat di beri makanan yang lebih padat dan akhirnya nasi biasa, sesuai dengan kemampuan dan kondisinya. Pemberian kadar gizi dan mineral perlu di pertimbangkan agar dapat menunjang kesembuhan penderita.

Pencegahan
Kebersihan makanan dan minuman sangat penting dalam pencegahan demam tifoid. Merebus air minum dan makanan sampai mendidih juga sangat membantu. Sanitasi lingkungan, termasuk pembuangan sampah dan imunisasi, berguna untuk mencegah penyakit. Secara lebih detail, strategi pencegahan demam tifoid mencakup hal-hal berikut :
·         Penyediaan sumber air minum yang baik
·         Penyediaan jamban yang sehat
·         Sosialisasi budaya cuci tangan
·         Sosialisasi budaya merebus air sampai mendidih sebelum di minum
·         Pemberantasan lalat
·         Pengawasan kepada para penjual makanan dan minuman
·         Sosialisasi pemberian ASI pada ibu menyusui
·         Imunisasi

1 komentar: